contoh KTI (sanitasi)


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar  Belakang
Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sementara beberapa definisi lainnya menitik beratkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian lingkungan.
Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan pertanian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis (contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan), teknologi sederhana (contohnya kakus, tangki septik), atau praktik kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun).
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.
Mayoritas penduduk rembangan mendapatkan air bersih dari sumur (air tanah), walaupun sebagian penduduk di wilayah tengah dan utara yang berbukit dan berkapur kesulitan mendapatkan air bersih dari sumur di musim kemarau. Air PDAM bisa dinikmati penduduk di pedukuhan XI dan XII (paling utara) yang daerahnya paling kering dan pedukuhan I dan II (paling selatan) yang kesulitan mendapatkan air bersih dan jernih karena daerahnya diapit oleh persawahan.
Kepedulian masyarakat akan kebersihan termasuk sangat baik. Hampir seluruh keluarga telah memiliki kamar mandi dan jamban tertutup (WC). Sebelum tahun 1990-an, kebanyakan warga masih menggunakan jamban terbuka (tanpa kloset).
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini adalah :
1.      apa itu sanitasi?
2.      apa hubungan sanitasi dengan air bersih?

C.     Tujuan
Adapun tujuan dari karya tulis ilmiah yang saya buat ini adalah :
1.      agar masyarakat mengetahui apa itu sanitasi,
2.      agar masyarakat tau dampak pencemaran air,
3.      agar masyarakat tau hubungan sanitasi dengan air bersih.
D.    Manfaat
Manfaat dari karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.      masyarakat mampu menjaga kebersihan air
2.      masyarakat tidak mencemari air.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Sanitasi dan Hubungan Sanitasi dengan Air

1.      Sanitasi
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan:
1.      Kesehatan
 Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif.
2.      Penggunaan air
Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.
3.      Biaya dan pemulihan biaya.
a. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan menggunakan praktik-praktik konvesional, untuk membuang air dibutuhkan biaya lima sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S. menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari 1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter.
b. Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air cenderung mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak dengan memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat.



2.      Air Bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.
Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.
3.      Sumber Air Bersih
Sumber- sumber air bersih adalah sebagai berikut.
1.      Sungai
Rata-rata lebih dari 40.000 kilometer kubik air segar diperoleh dari sungai-sungai di dunia. Ketersediaan ini (sepadan dengan lebih dari 7.000 meter kubik untuk setiap orang) sepintas terlihat cukup untuk menjamin persediaan yang cukup bagi setiap penduduk, tetapi kenyataannya air tersebut seringkali tersedia di tempat-tempat yang tidak tepat. Sebagai contoh air bersih di lembah sungai Amazon walupun ketersediaannya cukup, lokasinya membuat sumber air ini tidak ekonomis untuk mengekspor air ke tempat-tempat yang memerlukan.


2.      Curah hujan
Dalam pemanfaatan hujan sebagai sumber dari air bersih, individu perorangan/ berkelompok/ pemerintah biasanya membangun bendungan dan tandon air yang mahal untuk menyimpan air bersih di saat bulan-bulan musim kering dan untuk menekan kerusakan musibah banjir.
3.      Air permukaan dan air bawah tanah
Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata.
Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi  juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Sumber-sumber air bersih ini biasanya terganggu akibat penggunaan dan penyalahgunaan sumber air seperti:
a.       Pertanian
Penghamburan air akibat ketiadaannya penyaluran air yang baik pada lahan yang diairi dengan irigasi (untuk penghematan dalam jangka pendek) dapat berakibat terjadinya kubangan dan penggaraman yang akhirnya dapat menyebabkan hilangnya produktivitas air dan tanah.

b.      Industri
Walaupun industri menggunakan air jauh lebih sedikit dibandingkan dengan irigasi pertanian, namun penggunaan air oleh bidang industri mungkin membawa dampaknya yang lebih parah dipandang dari dua segi. Pertama, penggunaan air bagi industri sering tidak diatur dalam kebijakan sumber daya air nasional, maka cenderung berlebihan. Kedua, pembuangan limbah industri yang tidak diolah dapat menyebabkan pencemaran bagi air permukaan atau air bawah tanah, seihingga menjadi terlalu berbahaya untuk dikonsumsi. Air buangan industri sering dibuang langsung ke sungai dan saluran-saluran, mencemarinya, dan pada akhirnya juga mencemari lingkungan laut, atau kadang-kadang buangan tersebut dibiarkan saja meresap ke dalam sumber air tanah tanpa melalui proses pengolahan apapun.
Kerusakan yang diakibatkan oleh buangan ini sudah melewati proporsi volumenya. Banyak bahan kimia modern begitu kuat sehingga sedikit kontaminasi saja sudah cukup membuat air dalam volume yang sangat besar tidak dapat digunakan untuk minum tanpa proses pengolahan khusus.
4.      Akibat Ketiadaan Air Bersih
Ketiadaan air bersih mengakibatkan:
1.      Penyakit diare
Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian kedua terbesar bagi anak-anak dibawah umur lima tahun. Sebanyak 13 juta anak-anak balita mengalami diare setiap tahun. Air yang terkontaminasi dan pengetahuan yang kurang tentang budaya hidup bersih ditenggarai menjadi akar permasalahan ini. Sementara itu 100 juta rakyat Indonesia tidak memiliki akses air bersih.

2.      Penyakit cacingan
Pemiskinan. Rumah tangga yang membeli air dari para penjaja membayar dua kali hingga enam kali dari rata-rata yang dibayar bulanan oleh mereka yang mempunyai sambungan saluran pribadi untuk volume air yang hanya sepersepuluhnya.
Keributan masalah air bersih bisa terjadi dalam suatu negara, kawasan, ataupun berdampak ke benua luas karena penggunaan air secara bersama-sama. Di Afrika, misalnya, lebih dari 57 sungai besar atau lembah danau digunakan bersama oleh dua negara atau lebih; Sungai Nil oleh sembilan, dan Sungai Niger oleh 10 negara. Sedangkan di seluruh dunia, lebih dari 200 sungai, yang meliputi lebih dari separo permukaan bumi, digunakan bersama oleh dua negara atau lebih. Selain itu, banyak lapisan sumber air bawah tanah membentang melintasi batas-batas negara, dan penyedotan oleh suatu negara dapat menyebabkan ketegangan politik dengan negara tetangganya.
Di seluruh dunia, kira-kira 20 negara, hampir semuanya di kawasan negara berkembang, memiliki sumber air yang dapat diperbarui hanya di bawah 1.000 meter kubik untuk setiap orang, suatu tingkat yang biasanya dianggap kendala yang sangat mengkhawatirkan bagi pembangunan, dan 18 negara lainnya memiliki di bawah 2.000 meter kubik untuk tiap orang.
Penduduk dunia yang pada 2006 berjumlah 5,3 miliar diperkirakan akan meningkat menjadi 8,5 miliar pada tahun 2025 akan didera oleh ketersediaan air bersih. Laju angka kelahiran yang tertinggi justru terjadi tepat di daerah yang sumber-sumber airnya mengalami tekanan paling berat, yaitu di negara-negara berkembang. masalah sanitasi di pedesaan penting karena lebih dari 50 persen penduduk Indonesia tinggal d i pedesaan.
B.     Program Nasional di Bidang Sanitasi

1.      Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah satu Program Nasional di bidang sanitasi yang bersifat lintas sektoral. Program ini telah dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI. STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikator output-nya adalah sebagai berikut:
  1. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).
  2. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.
  3. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
  4. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
  5. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.

STBM mulai diuji coba tahun 2005 di 6 kabupaten (Sumbawa, Lumajang, Bogor, Muara Enim, Muaro Jambi, dan Sambas). Sejak tahun 2006 Program STBM sudah diadopsi dan diimplementasikan di 10.000 desa pada 228 kabupaten/ kota. Saat ini, sejumlah daerah telah menyusun rencana strategis pencapaian sanitasi total dalam pembangunan sanitasinya masing-masing. Dalam 5 tahun ke depan (2010 – 2014) STBM diharapkan telah diimplementasikan di 20.000 desa di seluruh kabupaten/ kota.
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar 12%, (ii) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv) sebelum memberi makan bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.
Berdasarkan perkiraan WHO/ UNICEF, sekitar 60 persen penduduk di kawasan pedesaan di Indonesia kekurangan akses terhadap sarana sanitasi yang pantas. Kegiatan mandi dan mencuci pakaian di sungai serta buang air besar di tempat terbuka membuat orang mudah terpapar penyakit, mengontaminasi air tanah dan permukaan, dan menurunkan kualitas tanah dan tempat tinggal. Perempuan dan anak-anak berada dalam risiko.
IRD telah bekerja di Jawa dan Sumatera untuk menangani permasalahan ini di komunitas-komunitas pedesaan serta sekolah-sekolah di sekitarnya. Di Aceh, IRD membantu 40 komunitas untuk membangun 90 kakus bersama, 297 kakus rumah tangga, 13 tempat mandi/cuci, dan kakus di 12 sekolah dengan dana dari the Latter-Day Saint Charities dan UNICEF. Di Yogyakarta, IRD mendirikan atau memperbaiki sarana sanitasi di 275 sekolah dasar dengan dana dari UNICEF dan Departemen Pertanian AS.
IRD menggunakan pendekatan berbasis masyarakat, dengan keterlibatan masyarakat yang kuat dalam proses identifikasi, perencanaan dan implementasi, termasuk pengelolaan dan pemeliharaan. Sasaran kami adalah untuk memfasilitasi solusi yang hemat biaya dan berkelanjutan yang memaksimalkan jumlah penerima manfaat dan yang dapat dipelihara selama bertahun-tahun kedepan.
Proses pengawasan IRD dilakukan dengan cara :
a.     melibatkan Masyarakat sejak Awal
IRD memulai dengan bertemu pemerintah setempat, para kepala desa, dan tokoh masyarakat untuk memastikan semua pemangku kepentingan memahami kegiatannya dan memiliki kesempatan untuk terlibat. Para relawan diminta untuk berpartisipasi dalam pemetaan dan pengumpulan data awal. Pada saat IRD menyelesaikan pengumpulan data yang mendalam dan independen melalui kunjungan ke rumah-rumah dan diskusi-diskusi kelompok fokus, IRD menyampaikan hasil profil komunitas dalam sebuah pertemuan dengan komunitas tersebut untuk mendapatkan umpan balik
Masyarakat kemudian memutuskan penempatan sarana sanitasi yang strategis, model, dan tipe, maupun bagaimana mereka sendiri akan terlibat dalam pembangunan sarana tersebut.
b.     Membentuk Kelompok Inti dan Komite Sanitasi Air
Sebuah Kelompok Inti beranggotakan para relawan dibentuk di setiap desa untuk mengatur dan mengawasi keterlibatan masyarakat dalam program. Para anggotanya mencakup kepala desa, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh perempuan, penyedia layanan kesehatan, kepala-kepala sekolah, dan perwakilan pemuda. Kelompok Inti ini bekerja bersama IRD untuk menyelesaikan solusi sanitasi yang direkomendasikan untuk dipersembahkan kepada komunitas tersebut. Kelompok inti ini juga bertanggung jawab untuk mempromosikan kesehatan dan kebersihan, memantau kemajuan proyek, dan memelihara sarana air dan sanitasi di tingkat desa.

c.    komite Sanitasi Air dibentuk dibawah Kelompok Inti
Komite ini bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan berpartisipasi dalam pelaksanaan proyek maupun pemeliharaan dan pengoperasian selanjutnya di setiap desa setelah proyek selesai.
Kelompok Inti dan Komite Sanitasi Air juga mendapatkan pelatihan dalam pemantauan dan evaluasi. Setalah proyek selesai, mereka akan melaksanakan pemantauan sendiri untuk memastikan bahwa sarana-sarana air dipergunakan dan dipelihara secara benar, dan bahwa masyarakat terus melakukan praktik-praktik kebersihan yang baik dan bahwa pengetahuan ini disampaikan ke generasi berikutnya. Staf IRD juga akan kembali setelah proyek selesai untuk mengevaluasi kualitas dari kelanjutan pengoperasian proyek tersebut.
d.     membangun Sarana Sanitasi
 Masyarakat dilibatkan dalam pembangunan sarana semaksimal mungkin. Setiap Kelompok Inti di desa menggalang gotong royong dimana Kelompok ini merekrut sesama warga desa untuk melaksanakan tugas-tugas dasar seperti menggali, mencetak, memasang bata, memasang atap, dan memasang lantai. IRD menyediakan bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan yang diberikan kepada desa tersebut setelah proyek selesai. Staf IRD membimbing masyarakat dalam keseluruhan proses.
Apabila keahlian teknis yang lebih besar diperlukan, IRD akan melibatkan kontraktor profesional setempat melalui proses tender yang transparan dan kompetitif. Semua pemangku kepentingan terwakili dalam proses penawaran dan pemilihan
e.      meningkatkan Kapasitas Lokal dan Memastikan Keberlanjutan
IRD menyediakan pelatihan bagi kelompok inti dan komite sanitasi air dalam keseluruhan proses. Pelatihan bagi Kelompok Inti mencakup hal-hal seperti fasilitasi masyarakat, promosi kesehatan dan kebersihan, konstruksi dasar, pemasangan pipa ledeng, dan pemantauan.
Komite Sanitasi Air menerima lebih banyak pelatihan teknis guna menyiapkan mereka dengan kapasitas untuk mengoperasikan dan memelihara sarana-sarana publik tersebut. IRD juga bekerja bersama komite tersebut untuk menjadi lembaga yang lebih formal yang memiliki anggaran dasar, anggaran rumah tangga, serta kebijakan manajemen dan diakui oleh pemerintah kota/kabupaten. Untuk memperkokoh lembaga ini, komite mendapatkan pelatihan manajemen dan organisasi termasuk administrasi dan manajemen keuangan.
Sistem tarif digunakan untuk memastikan tersedianya biaya pengoperasian dan pemeliharaan dan dikelola oleh Komite Sanitasi Air. Tarif untuk setiap rumah tangga didasarkan pada tingkat pemakaian dan dikumpulkan secara teratur. Dalam beberapa kasus, masyarakat mungkin memutuskan untuk menggunakan subsidi silang dimana rumah tangga yang lebih miskin dan/atau yang dikepalai oleh perempuan boleh membayar lebih rendah sementara tempat-tempat usaha membayar lebih tinggi. Akan tetapi hal ini terserah kepada masyarakat itu sendiri.
Komponen penting lain untuk keberlanjutan adalah penggunaan praktik-praktik kesehatan dan kebersihan yang baik oleh masyarakat; tanpa kebersihan yang baik sarana-sarana air komunal dan rumah tangga akan dengan mudah terkontaminasi. Setiap Kelompok Inti desa memiliki anggota yang dilatih oleh IRD dalam hal meningkatkan kesehatan dan kebersihan. Para anggota ini pada gilirannya mengajari para tetangga mereka dan menganjurkan penggunaan praktik-praktik ini dalam masyarakat secara keseluruhan.
C.     Pencemaran Air
Diperkirakan 700 juta orang India tidak memiliki akses ke toilet, dan 1.000 anak-anak India meninggal karena penyakit diare setiap hari. Sekitar 90% dari kota-kota Cina menderita polusi air hingga tingkatan tertentu, dan hampir 500 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman.
 Ditambah lagi selain polusi air merupakan masalah akut di negara berkembang, negara-negara industri/maju masih berjuang dengan masalah polusi juga. Dalam laporan nasional yang paling baru pada kualitas air di Amerika Serikat, 45 persen dari mil sungai dinilai, 47 persen dari danau hektar dinilai, dan 32 persen dari teluk dinilai dan muara mil persegi diklasifikasikan sebagai tercemar.
Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air.
Pencemaran air dapat di sebabkan oleh beberapa hal yaitu.
1.      Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
  1. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
  2. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
  3. Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum
  4. pencemaran air oleh sampah.
Akibat yang dapat di timbulkan dari pencemaran air adalah:
a.       dapat menyebabkan banjir
  1. erosi
  2. kekurangan sumber air
  3. dapat membuat sumber penyakit
  4. tanah Longsor
  5. dapat merusak Ekosistem sungai
  6. kerugian untuk Nelayan.
Dengan adanya pemberdayaan hidup bersih dapat memberikan air yan bersih dan hidup yang sehat bagi masyarakat, salah satu cara agar pemberdayaan hidup bersih dapat di lakukan dengan cara pengadaan WC umum bagi masyarakat, mengelola limbah dengan benar dan tidak membuang sampah di sembarangan tempat agar air tidak tercemar.



BAB III
PPENUTUP
A.     Kesimpulan
masalah sanitasi di pedesaan penting karena lebih dari 50 persen penduduk Indonesia tinggal di pedesaan. Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
Kesulitan utama kami dalam memperluas sanitasi pedesaan adalah dalam mengubah perilaku masyarakat, dari buang air sembarangan menjadi buang air di jamban.

B.     Saran
1.      Agar air bersih dapat diperoleh secara merata oleh seluruh masyarakat, maka pengadaan  sarana sanitasi sangat di perlukan, seperti pengadaan WC umum, pembiasaan hidup bersih (cuci tangan sebelum makan, dan mandi setip 2x sehari.
2.      Agar pencemaran air tidak terjadi lagi , masyarakat harus mampu membuang sampah pada tempatnya karena salah satu bentuk pencemaran air adalah membuang sampah pada sungai dan mengolah limbah dengan  baik.

DAFTAR PUSTAKA
http///www.geogle.com
http///www.wikipedia.com
http///www.blogspot.com